Sekolah Dasar Ideal Untuk Si Buyung

Oleh : Retno Lelyani Dewi, S.Psi, M.Pd. , Psikolog

Hari-hari ini, bu Herni punya kesibukan baru. Ia dengan ditemani suaminya, menyempatkan diri datang ke sekolah-sekolah dasar yang berada disekitar rumahnya. Tujuannya satu: meminta brosur tentang sekolah yang bersangkutan.

          Lain lagi dengan bu Nita. Selain meminta brosur dan penjelasan tentang kondisi sekolah, bu Nita juga sangat gencar mencari rekomendasi dari teman-temannya yang  sudah lebih dulu menyekolahkan anaknya.

          Tentunya yang dilakukan kedua ibu itu, hal yang wajar. Tahun ajaran baru memang masih lumayan jauh, masih sekira 2 bulan. Waktu yang masih cukup panjang  itulah yang harus dimanfaatkan agar si buyung dapat diterima disekolah  yang ideal untuknya.

Seperti apa sekolah yang ideal untuknya? Tentunya jawaban pertanyaan itu  sangat relatif. Ideal untuk si buyung menurut bu Herni, belum tentu ideal menurut bu Nita.  Sekolah dasar ideal dengan segala fasilitas yang lengkap alias super mahal ternyata bukan sekolah ideal untuk semua anak. Sekolah Dasar yang ideal adalah sekolah dasar dimana si buyung mampu mengeksplorasi segenap kemampuan dirinya. Sekolah Dasar yang masa sekolahnya terpanjang dibanding masa sekolah lanjutan itu, diharapkan memiliki fasilitas yang mampu mengembangkan segenap aspek perkembangan si buyung dengan optimal.  Baik perkembangan psikomotorik, sosial, emosi, kognitif, kepribadian maupun aspek-aspek perkembangan yang lainnya. Masa sekolah dasar adalah  masa yang menyenangkan  bagi anak, tidak hanya sebagai masa awal anak mencoba mengenal berbagai pengetahuan dasar, namun juga masa perkenalan anak dengan dunia  dalam arti sesungguhnya.

Untuk itu, ada beberapa hal yang menjadi patokan apakah sekolah dasar tersebut ideal untuk  buah hati kita.

  1. Sesuai dengan kondisi fisik dan psikis anak kita

Setiap anak memiliki perkembangan fisik dan psikis yang berbeda.   Untuk mereka yang sejak lahir, hingga berakhir masa  bermain di  TK, tidak menemui gangguan yang berarti, maka hal pertama ini berarti bukanlah hal penting  untuk di pertimbangkan. Tetapi jika pada masa tersebut ditemukan berbagai masalah baik fisik maupun psikis, maka hal ini menjadi penting untuk dipertimbangkan.   Misal,  anak memiliki cacat fisik, dan  orang tua  hendak memasukkan ke sekolah favorit, maka  bila tidak dikondisikan sejak awal  anak kemungkinan akan tertinggal atau mengalami kesulitan lain. Kesulitan bermain, kesulitan mendapat  teman, hingga perlakuan yang tidak menyenangkan  karena sering dilecehkan  akan memiliki pengaruh yang dalam bagi perkembangan kepribadian anak.   Atau mungkin juga anak tidak memiliki cacat fisik, namun sejak TK anak terlihat sering sakit atau mudah capek.  Tentunya jarak sekolah dari rumah, bentuk bangunan sekolah yang bertingkat,  dan lamanya sekolah  ( fullday atau semi fullday atau biasa ) akan menjadi pertimbangan bagi anak.

 Sedangkan masalah psikis yang dimaksud disini misalnya,   jika anak sejak TK  sudah terlihat mengalami kesulitan belajar,  atau mungkin selalu mengalami  tertinggal dalam menyelesaikan tugasnya, dan didiagnosis memiliki IQ yang berada diambang batas normal, maka akan lebih baik jika anak kita masukkan ke sekolah yang khusus untuknya. Selain IQ, masalah anak secara psikis seperti  masalah rentang perhatian anak dalam belajar, masalah hubungan sosial, masalah kematangan emosi, juga perlu mendapat perhatian serius. Untuk masalah ini, diagnosis dari psikolog saat TK  diperlukan untuk mengetahui bagaimana kondisi  psikis anak kita. Bila sejak TK, orang tua tidak menangani masalah perkembangan psikis anak dengan tepat, maka  pada saat SD tingkat kesulitan penanganannya akan semakin tinggi. Sehingga pada saat SD, anak tidak terfokus pada usaha pembelajaran yang diberikan, tapi justru menjadi trouble maker  semata-mata untuk mencari perhatian.  Untuk anak-anak seperti ini, SD yang terbaik adalah SD yang memiliki guru-guru berpengalaman dengan masalah tersebut dan dengan rasio murid dan guru yang terbatas.   

  1. Perhatikan fasilitas yang disediakan dari sekolah

Fasilitas yang disediakan sekolah umumnya beragam. Misalnya gedung sekolah,  bandingkan antara rasio murid dengan luas ruang kelas. Selain itu, fasilitas lain seperti lapangan olah raga,  musholla, kantin, perpustakaan. Beberapa sekolah bahkan mneyediakan laboratorium komputer, laboratorium alam, dan ruang klinik. Untuk sekolah yang sifatnya fullday atau sehari penuh, perlu diperhatikan adanya ruang istirahat bahkan ruang tidur  yang diperlukan di masa-masa awal penyesuaian anak. Selain itu, perlu diperhatikan  toilet  yang memadai untuk anak. Bahkan tidak jarang orang tua murid yang menghargai kebersihan dan kesehatan, akan mencari tahu terlebih dahulu kondisi dan jumlah toilet yang ada di sekolah.  Baru melongok  untuk mencari tahu fasilitas yang lain.

  1. Pertanyakan tentang kurikulum

Kurikulum akan menentukan akan seperti apa akhirnya si buyung.  Selain kurikulum yang telah ditetapkan oleh departemen pendidikan, banyak sekolah unggulan yang menambahkan dengan muatan yang menitikberatkan pada faktor pembentukan anak menjadi anak takwa, shaleh. Bahkan, tidak sedikit pula yang mengikuti kurikulum internasional. Muatan kurikulum tambahan tersebut tentu saja mempunyai konsekuensi waktu belajar anak yang semakin banyak. Tentunya yang harus adalah bagaimana pihak pengajar menuangkan kurikulum tersebut dalam prakteknya. Bagaimana metode yang digunakan, apakah ada alat peraga, apakah anak diberikan kesempatan melakukan uji coba, dan sebagainya.  

  1. Cermati tentang kemampuan mengajar  dan pengalaman para staff pengajarnya 

Kemampuan dan pengalaman mengajar  sangat penting  dalam mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul saat proses belajar mengajar. Kita bisa menanyakan beberaopa kasus yang pernah terjadi dan melihat bagaimana  tindakan yang diambil guru untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut.  Selain gelar yang mengikuti nama-nama staff pengajar,  pertanyakan juga apakah ada  pelatihan atau seminar atau lokakarya yang telah diikuti para pengajar.  Tidak kalah pentingnya adalah menanyakan prestasi yang telah diraih oleh murid sekolah tersebut. Atau siapa tahu, selain murid, ternyata guru sekolah  tersebut juga memiliki prestasi yang dapat menjadi nilai tambah.

  1. Cari tahu tentang kegiatan ekstra kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler  sangat penting artinya  bagi anak. Banyak hal yang dipelajari anak di luar kelas. Misalnya masalah disiplin, sportivitas, kejujuran, motivasi,  dan masih banyak lagi hal lainnya. Pada usia anak 6-12 tahun,  hal-hal tersebut justru akan lebih efektif bila dipelajari anak langsung (learning by doing)  bukan karena perintah atau ordering. Beragamnya kegiatan ekstra kurikuler di sekolah akan memudahkan anak untuk mengembangkan minat dan bakatnya pada lingkungan yang dipercaya oleh orang tua. Semisal,  adanya kegiatan ekstra kurikuler sekolah tentang sempoa. Maka, akan lebih  mudah pengontrolan kegiatan anak di sekolah daripada  anak mengikuti  kegiatan serupa namun diselenggarakan oleh lembaga lain di luar sekolah. Oleh karenanya, semakin banyak pilihan kegiatan ekstra kurikuler,  anak akan semakin memperluas pemikirannya tentang banyaknya bidang minat dan bakat yang dapat dikembangkannya.

  1. Terakhir  kalkulasikan seluruh pengeluaran untuk sekolah

Sekolah  tidak terlepas dari masalah pengeluaran. Mulai dari pendaftaran,  biaya uang pangkal,  uang seragam, dan masih banyak pengeluaran lainnya. Semua pengeluaran baik yang sifatnya insidental maupun yang harus dikeluarkan  secara rutin, ada baiknya ditotal selama setahun. Hal tersebut akan memberi gambaran berapa jumlah uang yang harus disiapkan.  Jangan dilupakan juga selain pengeluaran tersebut, orang tua juga selayaknya mempertimbangkan faktor sosial ekonomi siswa-siswa yang lain. Jangan sampai orang tua memaksakan anak sekolah di sekolah favorit, namun anak tidak dapat menikmatinya karena justru anak merasa tertekan karena gaya hidup teman-temannya tidak sama dengannya. Mereka biaya diantar jemput dengan mobil mewah, sementara si buyung hanya diantar tukang ojek. Atau teman-temannya biasa makan makanan restoran mewah, sementara anak kita  tidak dibiasakan membawa uang jajan. Tentunya hal itu akan menyulitkan anak dalam bergaul. Yang jelas, waktu untuk memilih masih cukup panjang. Kehati-hatian dan kecermatan orang tualah yang dapat menghantarkan si buyung untuk melalui 6 tahun masa sekolah dasarnya dengan menyenangkan dan tentunya menjadikannya memperoleh prestasi yang terbaik.